Disperindag Maluku: Fluktuasi Harga Cabai Pengaruh Musim Penghujan

Ambon – Dinas Perindustrian dan perdagangan (Disperindag) Provinsi Maluku menyatakan harga cabai di pasar tradisional di daerah itu sering fluktuatif dipengaruhi faktor cuaca yang berdampak pada naik-turunnya hasil produksi petani.

“Kalau cabai selalu saja terjadi fluktuasi harga dari hari ke hari, ini juga karena hasil produksi bergantung cuaca hujan,” kata Kepala Bidang Perdagangan Dalam Negeri Disperindag Maluku, Polly Jamlean, di Ambon, Kamis.

Berdasarkan hasil pantauan petugas lapangan Disperindag Maluku, harga cabai di pasar tradisional cenderung lebih murah saat hasil produksi petani banyak, begitu pun sebaliknya akan lebih mahal jika jumlah produksi menurun dan permintaan masyarakat sedang banyak.

Saat ini harga cabai per kilogram yang dijual di sejumlah pasar tradisional di Kota Ambon terbilang cukup tinggi.

Cabai merah biasa dijual Rp50.000 per kilogram, cabai kriting panjang Rp40.000 per kilogram, dan cabai rawit Rp75.000 per kilogram.

“Harga-harga sejumlah kebutuhan konsumsi masyarakat yang terpantau sampai saat ini masih stabil, kecuali cabai,” katanya.

Selain cabai, harga daging ayam broiler beku asal Surabaya di sejumlah pasar tradisional juga masih terbilang tinggi, yakni Rp38.000 per kilogram selama dua bulan terakhir.

Disperindag, kata Polly, telah memperingatkan para pedagang pengecer di pasar agar tidak menaikan harga daging ayam beku lebih dari Rp2.000, karena harga di distributor ayam masih stabil dengan Rp34.000 per kilogram.

“Kami sudah sarankan kepada pengecer agar tidak menarik keuntungan yang berlebihan, Rp2.000 sudah cukup, hanya saja mereka punya alasan yang bermacam-macam, misalnya tenaga buruh, listrik dan lain-lain,” ucap dia.

Ia berharap stok kebutuhan pokok masyarakat di pasar tetap stabil untuk memenuhi permintaan, dan harganya tidak mengalami kenaikan hingga dua bulan ke depan, terutama daging ayam beku yang sering diincar oleh masyarakat setempat.

“Kami berharap agar harga ayam beku ini tidak akan naik, kemudian stok juga cukup banyak, termasuk kebutuhan masyarakat lainnya bisa terpenuhi hingga dua bulan kedepan,” kata Polly Jamlean. (Ant)